Kamis, 03 Juli 2014

Menghargai (Ngajeni) Pada Orang Yang Lebih Tua


Dan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain.
Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaianya



Urip Ora Ngoyo



Konsep hidup nerimo ing pandum ( ora ngoyo ) selanjutnya mengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalani saja segala yang harus di jalani. Tidak perlu terlalu ambisi untuk melakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan. Orang Jawa tidak menyarankan hal tersebut.
Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridornya. Kita boleh saja mempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju tersebut jangan terlalu drastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah jangan ngoyo. Biarkan hidup membawamu sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenagamu!
Bagi orang jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Dia akan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang jawa memposisikan diri sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawa kendaraan tersebut, melainkan dibawa oleh kendaraan.
Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, maka kondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untuk besar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup jangan ngoyo.Ngoyo artinya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. 
Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akan sakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan terhadap kemampuan sesungguhnya yang kita miliki.

Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka. 

Pola kehidupan orang jawa memang telah tertata sejak nenek moyang. Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adi luhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Bagaimana eksistensi orang jawa terjaga begitu kuat sehingga sampai detik ini pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan.
Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotongroyong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat memegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuh kesadaran dan tanggungjawab.
Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang jawa memang begitu spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekat satu dengan lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan.
Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikut membantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudara atau sudah menjadi teman.



Sifat dan Karakter Orang Jawa





Sifat dan Karakter Orang Jawa Suku jawa diidentikkan dengan berbagai sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-langsung, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Dalam keseharian sifat Andap Asor terhadap yang lebih tua akan lebih di utamakan, Bahasa Jawa adalah bahasa berstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objek yang diajak bicara. 
Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga. Misalnya saat bertamu dan disuguhi hidangan. Karakter khas seorang yang bersuku Jawa adalah menunggu dipersilahkan untuk mencicipi, bahkan terkadang sikap sungkan mampu melawan kehendak atau keinginan hati. 
Suku Jawa memang sangat menjunjung tinggi etika. Baik secara sikap maupun berbicara. Untuk berbicara, seorang yang lebih muda hendaknya menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan. 
Berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupun yang usianya di bawah. Demikian juga dengan sikap, orang yang lebih muda hendaknya betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baik terhadap orang yang usianya lebih tua dari dirinya, dalam bahasa jawa Ngajeni 
Ciri khas Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja. 
Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengan kehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan, nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidak dapat mengelak. Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya.
Pola kehidupan orang jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk menelusuri pola hidup orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan. Bagi orang jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhluk hidupnya, termasuk manusia. Setiap hari kita melihat banyak orang yang keluar rumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk mencari penghidupan. Pagi mereka keluar rumah dan sore pulang dengan kondisi yang lebih baik

Orang Jawa



Dalam kehidupan masyarakat jawa,.. banyak istilah sering kira dengar,.. berikut ini beberapa filosofi nya..



1.Urip Iku Urup - Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan semakin baik.


2.Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara - Manusia hidup didunia harus mengusahakan kebaikan dan memberantas angkara murka.


3.Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti - segal asifat angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.


4.Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake -Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan.


5.Sekti Tanpa Aji-aji, Sugih Tanpa Bandha -Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan/keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.


6.Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan-Jangan gampang sakit hati saat musibah menimpa diri, Jangan sedih saat kehilangan sesuatu.


7.Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman -Jangan mudah terheran”, Jangan mudah nyesel, Jangan mudah terkejut, Jangan mudah ngambeg, jangan manja.


8.Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman- Jangan terkungkung dengan keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi


9.Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka -Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah,Jangan suka curang agar tidak celaka.


10.Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo - jangan tergiur hal” yg tampak mewah, Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat/semangat.


11.Aja Adigang, Adigung, Adiguna -Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.


12.jer basuki mawa beya- untuk mencapai kesuksesan perlu pengorbanan.




Tembang Dolanan



SLUKU-SLUKU BATHOK





Sluku-sluku bathok

bathoke ela-elo

si romo menyang solo

oleh-olehe payung moda

tak jenthir ololobah

wong mati ora obah

yen obah medeni bocah

yen urip nggoleko dhuwit




PITIK TUKUNG


Aku duwe pitik pitik tukung

Saben dina tak pakani jagung

Petok gok petok petok ngendok pitu

Tak ngremake netes telu

Kabeh trondol trondol tanpa wulu

Mondol mondol dol gawe guyu




ILIR-ILIR


Lir ilir..lir ilir..tanduré wus sumilir Tak ijo royo-royo..taksengguh temantèn anyar

Cah angon.cah angon..pènèkké blimbing kuwi , Lunyu-lunyu ya pènèken kanggo masuh dodotira

Dodotira dodotira kumitir bedhah ing pinggir Dondomana jlumatana kanggo séba méngko soré Mumpung padhang rembulané

Mumpung jembar kalangané Ya suraka..surak horéé



KATE-KATE DIPANAH

Te kate dipanah

dipanah ngisor nggelagah

ana manuk ondhe ondhe

Mbok sir bombok bok sir kate

Mbok sir bombok mbok sir kate



MENTHOK-MENTHOK

Menthok menthok tak kandhani

Saksolahmu angisi-isini

Mbok ya aja ngetok

Ana kandhang wae

Enak-enak ngorok ora nyambut gawe

Menthok-menthok mung lakumu

Megal-megol gawe guyu




KUPU KUWI

Kupu kuwi tak encupe

Mung abure ngewuhake

Ngalor-ngidul

Ngetan bali ngulon

Mrana-mrene mung sak paran-paran

Mbokya mencok tak encupe

Mentas mencok clegrok

Banjur mabur kleper




JAGO KATE


Jago kate te te te

Kukukluruk … kok

Amecece ce ce ce

Kukukluruk

Dibalang watu bocah kuncung

Keok … kena telehe

Njranthal … pelayune

Mari umuk mari ngece

Si kate katon nyekukruk




PADANG MBULAN

Yo, poro konco dolanan ning jobo

Padang mbulan, padange koyo rino

Rembulane sing ngawe-awe

Ngelingake ojo podo turu sore



JAMURAN


Jamuran… jamuran…ya ge ge thok…

jamur apa ya ge ge thok…

Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung,

sira badhe jamur apa?




KODOK NGOREK

Kodok ngorek kodok ngorek ngorek pinggir kali

teyot teblung teyot teblungteyot teyot teblung

Bocah pinter bocah pinter besuk dadi dokter

bocah bodho bocah bodho besuk kaya kebo



KIDANG TALUN


Kidang talun

mangan gedang talun

mil kethemil…mil kethemil…

si kidang mangan lembayung




DHONDHONG APA SALAK

dhondhong apa salak dhuku cilik cilik

gendong apa mbecak mlaku thimik thimik

adhik ndherek ibu tindak menyang pasar

ora pareng rewel ora pareng nakal

mengko ibu mesthi mundhut oleh-oleh

kacang karo roti adhik diparingi




PITIK TUKUNG

Aku duwe pitik, pitik tukung..

saben dina, tak pakani jagung

petok gogok petok petok ngendhog siji,

tak teteske…kabeh trondhol..dhol..dhol..

tanpa wulu..megal-megol.. gol.. gol.. gawe guyu…




JARANAN


jaranan-jaranan… jarane jaran teji

sing numpak ndara bei

sing ngiring para mantri

jeg jeg nong..jeg jeg gung

prok prok turut lurung

gedebug krincing gedebug krincing

prok prok gedebug jedher




GUNDHUL-GUNDHUL PACUL

Gundhul gundhul pacul cul, gembelengan

nyunggi nyunggi wakul kul, petentengan

wakul ngglimpang, segane dadi sak latar

wakul ngglimpang, segane dadi sak latar




MENTHOK-MENTHOK


Menthok, menthok, tak kandani mung lakumu,

angisin-isini mbok yo ojo ngetok,

ono kandhang wae enak-enak ngorok,

ora nyambut gawe

menthok, menthok …

mung lakukumu megal megol gawe guyu




GAMBANG SULING

Gambang suling, ngumandhang swarane

tulat tulit, kepenak unine

uuuunine.. mung..nreyuhake ba-

reng lan kentrung ke-

tipung suling, sigrak kendhangane



SUWE ORA JAMU


Suwe ora jamu

jamu godong tela

suwe ora ketemu

ketemu pisan gawe gela

Aksara Rekan

PIGUNA
  Kangge nyerat tembung-tembung serapan saking Arab ingkang taksih dipunginakaken sami kaliyan aslinipun.

Wujud
KH    k+ 
GH        g+
DZ       f+
F/V      p+
Z           j+
Tuladha
?p+timhk[roj+hrtukup+itmin\.
Fatimah karo Zahra tuku vitamin.

?[g+oj+lilnK+likBy/j+ktP+it]h.
Ghozali lan Khalik bayar zakat fitrah.



SERAT WIRA WIYATA "sinopsis" bagian III



Seorang pegawai bila melalikan tugas, harus mau dihukum untuk menegakkan hokum dan kedilan. Anak kecil pun bila nakal dan bersalah tentu akan dimarahi. Atau dipukul agar menyadari kesalahannya.


Sebaliknya, jika taat kepada disiplin tentu akan mendapat hadiah sesuai dengan karyanya. Prajurit diangkat dan ada pula yang dipecat, itu menunjukkan adanya keadilan.


Prajurit yang tidak siaga, merugikan Negara dan memalukan raja. Janganlah kamu sombon bahwa sudh dibutuhkan oleh Negara.


Negara telah berjasa memberikan segala kebutuhanmu, memberimu kehormatan melebihi pegawai lainnya.


Apakah yang engkau cari-cari? Sebagaimana yang dilakukan oleh para pendeta, petani, dan nahkoda yang berjuang mencari kemuliaan.


Seandainya kamu bkan prajurit, kamu pun masih dapat makan dan minum dari hasil bumi, serta memiliki raja yang melindungimu dengan adil. Jika kamu menginginkannya berarrti kamu berdosa.


Jika ditugaskan ke medan perang hars teguh tekatnya. Melaksanakan segala perintah komandan/ panglima. Jangan bertindak yang berlebih-lebihan sehingga menimbulkan kesulitan bagi panglima dan prajurit lainnya.


Para perwira pun harus tunduk kepada perintah panglima. Mereka dapat diibaratkan sebuah panah, panglima-lah yang berhak membidiknya. Laksanakan tugas dengan senang dan hadapi mush dengan gagah berani.


Sebagai prajurit, buktikan sumpahm. Kuatkan tekatmu dan jangan berkecil hati. Berperang adalah tugas mulia.


Seorang prajurit pemberani, meskipun terdesak musuh, tabah dan menyimpan siasat, memperhatikan keadaan medan, perhatikan musuh, mana yang berkurang ekuatannya, dihampiri untuk diserang, digempur agar menyerah, pasti menang semua akan selamat.





Prajurit kang wani sendyan kadhesek musuh, dheweke tetep bisa sabar lan isih nyimpen strategi, isih bisa merhatekna musuh kang kurang kekuatane. Supaya bisa digempur, musuh nyerah,menang pungkasane.




Sikap Pria Jawa




Seorang pria Jawa memiliki kehidupan yang sempurna atau lengkap bila memiliki 5 hal yaitu :curigo, wismo, turonggo, kukilo, garwo .


1. curigo (senjata)


curigo atau keris bisa diartikan sebagai pekerjaan atau penghasilan. Seorang pria Jawa dikatakan hebat kalau punya pekerjaan atau penghasilan. Pada jaman dulu ini diartikan juga sebagai senjata atau mempunyai kemampuan untuk melindungi dirinya, bisa berwujud juga kemampuan kanuragan yang dimiliki.


2. wismo


wisma berarti rumah atau tempat tinggal. Pada jaman dahulu pria Jawa harus memiliki istananya. Kalau diartikan di jaman sekarang punya tempat tinggal sendiri yang dibeli dengan kemampuan sendiri baru dikatakan sebagai pria sejati.


3. turonggo


turonggo artinya kuda, bisa diartikan kendaraan. Makin lengkap seorang pria Jawa kalau memiliki kendaraan yang bisa membawanya kemanapun.


4. kukilo


kukilo bisa diartikam sebagai burung, atau kalau diterapkan di jaman sekarang adalah hewan piaraan, burung berkicau atau hobi dan kesenangan. Hobi menunjukkan karakter seseorang.


5. garwa


garwa merupakan kependekan darisigaraning jiwoyang bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah separuh jiwa, dengan kata lain isteri. Sungguh sangat bertolak belakang dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dimana semua orangngoyo(memaksakan diri) untuk berkeluarga sebelum memiliki kehidupan yang layak.”


Itulah yang harus dimiliki oleh seorang pria Jawa kalau mau dikatakan lengkap dan mengalami kehidupan yang sempurna. Sebenarnya tidak terlalu buruk bila diterapkan di jaman sekarang. Rumah gak perlu mewah yang penting nyaman untuk ditempati. Pekerjaan memang harus dimiliki seorang pria dewasa jika ingin memasuki kehidupan berikutnya yaitu berumah tangga. Kendaraan juga , asal bisa membawa ke tempat yang ingin kita tuju dan tak perlu mewah. Serta memiliki hobby menunjukkan karakter seseorang. Nah kalau empat itu sudah dimiliki perlu dipikirkan untuk mencari istri yang akan merawat rumah beserta isinya. Jangan malah dibalik urutannya, seperti yang biasa terjadi sekarang. Sepertinya ini filosofi yang bagus, bukan hanya untuk pria Jawa, tetapi untuk semua pria ketika memutuskan untuk mencapai jenjang berikutnya yaitu kehidupan berumah tangga. Satu lagi khasanah kehidupan yang bisa kita pelajari dari filosofi Jawa.


RPP 2013 SMP (Bahasa Jawa)

Contoh!

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan      : SMP Negeri
Kelas/ Semester           : VII/ 1
Mata Pelajaran            : Bahasa Jawa
Materi Pokok              : Teks Cerita Rakyat
Tema                           : Sejarah/ Foklor
Jumlah Pertemuan       : 2x pertemuan

A.    Kompetensi Inti
K I 1    Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
K I 2    Menghargai dan menhayati perilaku jujur, disilin, tanggung jawab, peduli ( toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
K I 3    Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu penhetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
K I 4    Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak ( menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang / teori.

B.     Kompetensi Dasar
1.1              Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa Bahasa Jawa sebagai bahasa Ibu.
1.2              Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa Bahasa Jawa dengan memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi/bahasa pergaulan etnik
2.1       Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi berbagai hal atau kejadian dengan santun bahasa Jawa yang sesuai
2.2       Memiliki perilaku percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi sosial dengan menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan tingkat tutur bahasa Jawa
3.3       Memahami teks cerita rakyat
4.3       Menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan ragam ngoko

C.    Indikator Pencapain Kompetensi
1.      Membaca teks cerita rakyat
2.      Menemukan kata-kata sulit dalam cerita rakyat
3.      Menjawab pertanyaan dari cerita rakyat yang dibaca
4.      Menemukan isi/amanat cerita rakyat
5.      Menuliskan ringkasan bacaan dalam ragam krama
6.      Menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa sehari-hari

D.    Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa mampu membaca teks cerita rakyat
2.      Siswa mampu menemukan kata-kata sulit dalam cerita rakyat
3.      Siswa mampu menjawab pertanyaan dari cerita rakyat yang dibaca
4.      Siswa mampu menemukan isi/amanat cerita rakyat
5.      Siswa mampu menuliskan ringkasan bacaan dalam ragam krama
6.      Siswa mampu menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa sehari-hari

E.     Materi Pembelajaran
·         Teks cerita rakyat tentang sejarah/ foklor disekitar ragam krama (Endang Nawangsih)


Endang Nawangsih

Kacariyos wonten ing Dhusun Canditoro wonten satunggaling prawan ingkang sulistiya ing werni, luhur bebudinipun ugi tansah sumedya paring pitulung dhumateng sanesipun, ingkang asmanipun Endang Nawangsih. Endang Nawangsih menika remen nenanem taneman janganan, teh kaliyan kopi, pawadanipun taneman menika saged damel warga sakiwa tengenipun ingkang boten gadhah ugi mbetahaken pitulungan.
Enjing menika nalika Endang Nawangsih taksih manen sawi, kepanggih kaliyan jejaka bagus ingkang asmanipun Citrasoma, putranipun Raja Hajipamoso panguwaos Pengging, ingkang nembe niti priksa wewengkon ramanipun kaliyan ngenggar-ngenggar manah wonten mriku. Saking pepanggihan menika, Citrasoma dados kesengsem dhumateng Endang Nawangsih. Pramila nalika kondur wonten ing Pengging, Citrasoma boten caos palapuran ngengingi kahanan wewengkon ramanipun, ananging malah ngandharaken pepenginanipun krama kaliyan Endang Nawangsih.
Semanten ugi Endang Nawangsih nalika dumugi dalem, age-age matur kaliyan Ki Ageng Pantaran menawi wau kepangggih klawan Citrasoma, dereng ngantos diwangsuli dening Ki Ageng Pantaran, Citrasoma, Raja Hajipamoso, kaliyan Syeh Maulana malah sampun dumugi mriku. Kanthi sedya badhe nglamar. Mesthi kemawon Endang Nawangsih kaget sanget, dereng ngantos gantos dinten kok Citrasoma sampun dumugi wonten ing dalem. Nanging Endang Nawangsih banjur kelingan menawi putranipun Raja Pengging menika pancen misuwur kasektenipun, kagungan ajian Angin Selaksa, ingkang saged kangge ngrampungaken ayahan ugi mlayu kang rikat.
Endang Nawangsih matur kaliyan Raja Hajipamoso menawi purun nampi lamaran menika sawise Citrasoma saged damel tuk ing Dhusun Canditoro. Mireng ature Endang, Citrasoma banjur bidhal saking mriku saperlu tapa.
Sajroning tapa Citrasoma dipunganggu dening 457 jin kaliyan 678 lelembut, ananging bola-bali amargi sekti pramila jin kaliyan lelembut wau saged dipunkalahaken dening Citrasoma, ugi dados ngrencangi Citrasoma. Anggenipun tapa Citasoma pitung dinten dangune, ugi boten muspra, nggrojog toya wening saking lerengipun Redi Merbabu tumuju dhateng dhusun Canditoro. Endang Nawangsih kaliyan Ki Ageng Pantaran nggumun ngertos kasektenipun Citrasoma.
Tiyang sadesa banjur nemoni Citrasoma ingkang taksih tapa. Sedaya padha maringi pangalembana dhumateng Citrasoma, nanging nadyan dipunalaem Citrasoma boten dados kumalungkung, malah saya andhap asor. “Kula boten nyipta tuk menika, “wangsulane Citrasoma kanthi alus. “Nanging menika sedaya peparingan saking Gusti kang Maha Asih, sanesipun ugi saking donga pangestunipun Ki Ageng Pantaran.”
Mireng ature Citrasoma kados menika, Ki Ageng Pantaran dados trenyuh, wonten putranipun raja tur sekti kok nggih andhap asor sanget. Wusananipun Ki Ageng Pantaran paring idin menawi Endang Nawangsih saged dipunpundhut kaliyan Citrasoma. Kanthi wiwit manika Dhusun Canditoro dipungantos dados Dhusun Pantaran.

-CUTHEL-
“Kapethik saka kumpulan crita rakyat Jawa Tengah, kaca 30-34”

Kata-kata yang dianggap sukar dalam teks :
Sulistya                       : ayu
Sumedya                     :
Pawadanipun              :
Wewengkon                :
Misuwur                      :
Muspra                        :
Kumalungkung           :

F.     Alokasi Waktu
·         2x pertemuan

G.    Metode Pembelajaran
·         Metode Tanya Jawab
·         Metode Diskusi
·         Presentasi
H.    Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama

Kegiatan Pendahuluan
·         Siswa merespon salam dari guru
·         Siswa menyimak penjelasan guru mengenai komtensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Siswa diberi pemahaman tentang cerita rakyat

Kegiatan Inti
·         Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara berpasang-pasangan.
·         Guru membagikan wacana cerita rakyat yang berjudul “Endang Nawangsih” kepada setiap kelompok.
·         Siswa membaca wacana cerita rakyat yang berjudul “Endang Nawangsih” kemudian menemukan kata-kata sulit yang terdapat pada teks.
·         Siswa dengan bantuan guru membahas dan mengartikan kata-kata yang dianggap sulit yang terdapat dalam teks cerita rakyat “Endang Nawangsih”
·         Siswa bersama pasangannya menjawab pertanyaan yang sudah disediakan tentang isi wacana cerita rakyat “Endang Nawangsih”, dan berdiskusi membuat tanggapan/amanat tentang isi wacana cerita rakyat Endang Nawangsih yang sudah dibaca. Setelah selesai menjawab pertanyaan, jawaban dibahas bersama guru.
·         Siswa bersama pasangannya menuliskan kembali (meringkas) teks cerita rakyat dalam ragam bahasa krama.
·         Setelah selesai hasil pekerjaan ditukarkan kepada kelompok lain dan dikoreksi kelompok lain dengan bantuan guru dengan memperhatikan EYD, Unggah-ungguh basa, dan diksi. Kemudian dikumpulkan kepada guru.
·         Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai kesulitan dan hambatan yang dialami saat melakukan pembelajaran ini.


Kegiatan Penutup
·         Siswa bersama guru menemukan amanat yang terkandung dalam bacaan cerita rakyat Endang Nawangsih.
·         Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
·         Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran masih seputar cerita rakyat.


Pertemuan Kedua
Kegiatan Pendahuluan
·         Siswa merespon salam dari guru
·         Siswa menyimak penjelasan guru mengenai komtensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Guru merefleksi pelajaran sebelumnya tentang menulis ringkasan cerita rakyat Endang Nawangsih.

Kegiatan Inti
·         Siswa membaca teks cerita rakyat Endang Nawangsih untuk memancing ingatan.
·         Siswa bersama pasangan dengan atau tanpa guru berdiskusi tentang teknik atau cara menceritakan kembali.
·         Guru membagikan lembar penilaian menceritakan kembali
·         Perwakilan setiap kelompok menceritakan kembali didepan kelas mengenai cerita rakyat Endang Nawangsih dengan bahasa sehari-hari.
·         Disaat yang  bersamaan kelompok lain memberikan nilai pada setiap perwakilan kelompok yang maju pada lembar kertas yang sudah disediakan.
·         Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai kesulitan dan hambatan yang dialami saat melakukan pembelajaran hari ini.
·         Guru memberikan reward kepada kelompok yang berkinerja baik.

Kegiatan Penutup
·         Siswa bersam guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
·         Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.

I.       Penilaian
a.       Penilaian Proses

1.      Sikap Spiritual
a.    Teknik Penilaian           : observasi
b.    Bentuk Instrumen         : lembar observasi
c.    Kisi-kisi                        :

No.
Sikap/nilai
Butir Instrumen
1.



2.
Terbiasa berdoa kepada Tuhan Maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran teks  cerita rakyat.
Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Jawa sebagai sarana menyajikan teks cerita rakyat.
o   Terbiasa berdoa




o   Terbiasa bersyukur

      Instrumen Penilaian Sikap Spiritual
      Nama                     : _______________
      Kelas                     : _______________

Sikap/nilai
Skor
1
2
3
4
1.    Berdoa sebelum dan sesudah mempelajari teks cerita rakyat.

2.    Mengucapkan rasa syukur setelah mengerjakan tugas teks cerita rakyat.




     
Keterangan:
1 = tidak pernah                 3 = sering
2 = kadang-kadang            4 = selalu

2.      Penilaian Sikap Sosial
a.         Teknik Penilaian        : Pengamatan
b.        Bentuk Instrumen      : Lembar Observasi
c.         Kisi-kisi                     :
A.    Penilaian sikap sosial untuk diskusi
No.
Nilai
Deskripsi
No. Butir
1
Menghargai orang lain
Menghargai  pendapat orang lain
1
2
Jujur
Mengekspresikan gagasan dengan jujur
2
3
Disiplin
Mengikuti kegiatan diskusi dengan disiplin
3
4
Kesantunan
Menyampaikan pendapat dengan bahasa ragan ngoko dengan santun
4


B.     Penilaian sikap sosial dalam kegiatan menanggapi hasil karya teman dn berkarya
      Objek : teks narasi tentang peristiwa atau kejadian
No.
Nilai
Deskriptor
No. Butir
        1.             
Jujur
Menunjukkan sikap jujur dalam menanggapi karya teman
1
Menunjukkan sikap jujur dalam berkarya
2
        2.             
Santun
Bersikap santun dalam menanggapi karya teman
3
Bersikap santun dalam berkarya
4

Lembar Pengamatan Sikap Sosial untuk Kegiatan Menanggapi Karya dan Berkarya

      Nama                     : ______________________________
      Kelas                     : ______________________________

      Petunjuk:
      Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi peserta didik. (Diisi oleh guru)

No.
Pernyataan
Pilihan
Ya
Tidak
   1.             
Menghargai orang lain dalam menanggapi karya teman


   2.             
Menghargai orang lain dalam berkarya


   3.             
Bersikap disiplin dalam menanggapi karya teman


   4.             
Bersikap disiplin dalam mengungkapkan isi cerita rakyat.



      Pedoman Penskoran:
      Pilihan “Ya” diberi skor 1, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0. Karena soal
      berjumlah 4 butir, maka jumlah skor berkisar antara 0 sampai 4.



     LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

No
Nama
Toleransi
Jujur
Disiplin
Santun
Ket
1.
Dian
v
v
v
V
4
















3.       Pengetahuan
              a.     Teknik Penilaian                      : Tes
              b.      Bentuk Instrumen                  : Tes Uraian
              c.      Kisi-kisi                                  :


No.
Indikator
No. Butir
  1.  
Mengidentifikasi isi teks wacana cerita rakyat.
1-4
  1.  
Menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan bahasa sehari-hari.
1

      Instrumen Penilaian Pengetahuan (K3)

      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________

      Soal :
      A. Isenana ceceg-cecek ing ngisor iki kanthi trep!
1. Salebeting cariyos ing nginggil wonten pinten paraga? Sinten kemawon?
2. Sinten asma ramanipun Citrasoma?
3. Punapa ingkang dados panyuwunanipun Endang Nawangsih dhateng    Citrasoma?
4. Kados pundi wewatakipun Citrasoma punika?
5. Piweling punapa ingkang saged dipun pendhet saking cariyos ing nginggil?

Kunci Jawaban:
1.      Wonten 5 paraga. Endang Nawangsih, Ki Ageng Pantaran, Citrasoma, Raja Hajipamoso, kaliyan Syeh Maulana.
2.      Raja Hajipamoso.
3.      Ingkang dados panyuwunanipun Endang Nawangsih dhateng Citrasoma inggih menika damel tuk ing dhusun Canditoro.
4.      Wewatakipun Citrasoma yaiku andhap asor, bekti marang wong tuwa, sekti.
5.      Piweling ingkang saged dipun pendhet saking cariyos Endang Nawangsih yaiku tulung tinulung, dadia wong kang andhap asor, bekti marang wong tuwa, syukur marang Gusti.

Pedoman Penyekoran
-          Soal nomor 1-4 bobot poin 5.
-          Soal nomor 5
o   10 poin jika amanat sesuai dengan cerita.
o   5 poin jika amanat kurang sesuai dengan cerita.
o   2 poin jika amanat tidak sesuai dengan cerita.
-          Setelah itu semua poin dijumlahkan dibagi 3. Hasil pembagian, itulah skor akhir.
-         Nilai Akhir                        :

4.      Keterampilan

a.    Teknik Penilaian           : Tes praktik
b.    Bentuk Instrumen         : Tes uji petik kerja dan produk
c.    Kisi-kisi                        :

No.
Indikator
No. Butir
1.

Menulis ringkasan cerita rakyat “Endang Nawangsih”

1
     
      Instrumen Penilaian Keterampilan (K4)
      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________
     
Soal:





        1.Tulisen kanthi ringkes crita rakyat “Endang Nawangsih” nganggo basamu krama !
           
            No.
Aspek yang dinilai

Kriteria

1

2

3

4

1
Pilihan kata

 

 

 

 

2
Keutuhan cerita

 

 

 

 

3
Ejaan dan tanda baca

 

 

 

 

4
Keefektifan kalimat

 

 

 

 


      Keterangan:
4 = Sangat Baik                                        2  = Cukup
3 = Baik                                                    1  = Kurang

Penghitungan nilai akhir :       Nilai akhir :     skor yang diperoleh
                                                                    ----------------------------  X 100
                                                                    Skor maksimal


1.      Menceritakan Kembali


No.

Instrumen
Kelompok

Ket.
1
2
3
4
5
dst
1.
Kelancaran berbicara







2.
Ketepatan intonasi, lafal, dan jeda







3.
Unggah-ungguh bahasa yang digunakan








Jumlah Skor







Catatan :


Skor setiap instrumen : 1- 4
Skor maksimal : 12
Nilai Akhir                  : x 100